JAKARTA – Tupperware, perusahaan asal Amerika Serikat yang telah beroperasi selama 78 tahun, terancam bangkrut akibat persaingan yang ketat dan beban keuangan yang berat. Pada Selasa (17/9), Tupperware Brands Corporation mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 untuk mendapatkan persetujuan pengadilan dalam menentukan masa depan bisnisnya. CEO Tupperware, Laurie Goldman, mengungkapkan tantangan makroekonomi selama beberapa tahun terakhir memperburuk posisi keuangan perusahaan.
Dalam dokumen kebangkrutan, Tupperware memiliki aset antara US$500 juta hingga US$1 miliar, tetapi kewajibannya jauh lebih besar, mencapai US$10 miliar. Permintaan yang menurun dalam beberapa tahun terakhir juga memperparah kerugian kronis perusahaan. Meskipun Tupperware telah berupaya merestrukturisasi utangnya dan bekerja sama dengan bank investasi Moelis & Co untuk mencari solusi, likuiditas yang rendah membuat bisnis mereka tidak stabil.
Selain masalah keuangan, Tupperware juga kalah bersaing dengan produk-produk penyimpanan dari kompetitor yang lebih murah dan ramah lingkungan. Masa depan perusahaan ini kini tergantung pada keputusan pengadilan. Jika disetujui, Tupperware masih dapat menjual produknya dan merencanakan proses penjualan bisnis sambil menghadapi realitas pasar yang berubah.
+ There are no comments
Add yours