Jakarta – Jelang hari pencoblosan pada 14 Februari 2024, manuver politik pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan kegiatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Jawa Tengah dinilai jadi alarm keras buat PDIP. Masifnya kunjungan Jokowi ke Jawa Tengah telah terjadi sejak beberapa bulan terakhir. Sejak 31 Desember 2023 Jokowi bahkan sudah sekitar lima kali berkunjung ke sana.
Jawa Tengah dikenal sebagai “kandang banteng”. PDIP dan calon kepala daerah atau calon presiden yang diusungnya hampir selalu menang tebal di di lumbung suara terbesar ketiga di Indonesia tersebut. Pada Pilpres 2014 misalnya, Jokowi-Jusuf Kalla menang di Jateng dengan perolehan suara 66,65 persen. Hal itu juga terulang di Pilpres 2019. Jokowi bersama Ma’ruf Amin yang diusung PDIP menang telak di Jateng dengan meraup suara 77,26 persen suara.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai hasil sejumlah lembaga survei tersebut jadi alarm bagi PDIP untuk menjaga Jawa Tengah agar tetap jadi basis suara mereka. Menurutnya, jika PDIP tak bekerja keras, maka istilah “kandang banteng” bisa jadi tinggal sejarah.
Agung juga menyebut Ganjar-Mahfud harus menegaskan posisi politiknya dalam Pilpres 2024 untuk mendongkrak elektabilitas di Jawa Tengah. Ia menyebut penegasan posisi politik itu dapat dilakukan dengan memberikan kepastian apakah Mahfud tetap berada di kabinet Jokowi atau tidak. Agung menilai saat ini Ganjar-Mahfud tak punya narasi yang tegas di Pilpres 2024.
Senada dengan Agung, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah juga menilai status “kandang banteng” di Jateng mulai goyah. Terlebih, kata dia, Jokowi mulai ikut melakukan manuver politik untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo-Gibran. Dedi menilai wilayah Jateng krusial bagi PDIP dan koalisi Ganjar-Mahfud. Ia menyebut Jateng dapat menjadi gambaran hasil di Pilpres 2024.
+ There are no comments
Add yours