SURABAYA, – Wacana calon gubernur melawan kotak kosong sedang menjadi perbincangan di beberapa wilayah Indonesia menjelang Pilkada 2024. Beberapa provinsi seperti Sumatera Utara (Sumut), Jawa Timur (Jatim), dan Kalimantan Timur (Kaltim) rawan hanya diikuti oleh satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.
Misalnya, di Pilkada Sumut, Bobby Nasution, yang merupakan Wali Kota Medan dan menantu Presiden Jokowi, didukung oleh tujuh partai politik besar, sehingga menyulitkan calon lain untuk memperoleh dukungan cukup.
Selain Bobby Nasution, ada beberapa calon gubernur lain yang berpotensi melawan kotak kosong. Di Kalimantan Timur, Rudi Mas’ud dan Seno Aji mendapat dukungan kuat dari koalisi partai politik Koalisi Indonesia Maju (KIM). Di Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elistianto Dardak juga berpotensi melawan kotak kosong jika PDIP dan PKB memberikan dukungan mereka.
Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pemilihan gubernur bisa berjalan tanpa kompetisi yang sehat, karena hanya satu calon yang mendapatkan mayoritas dukungan partai politik.
Di Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi juga menghadapi situasi serupa, dengan dukungan dari beberapa partai besar. Di Jawa Barat, jika Ridwan Kamil memutuskan untuk maju kembali, dia juga berpotensi melawan kotak kosong karena tingginya elektabilitasnya.
Hal serupa juga terjadi di Jakarta dengan Anies Baswedan. Fenomena kotak kosong ini menjadi perhatian karena mencerminkan kurangnya kompetisi dalam pemilu dan bisa mengurangi kualitas demokrasi di Indonesia.
+ There are no comments
Add yours