Jakarta – Melihat dari sektor lapangan usaha yang hanya mampu tumbuh sebesar 3,95%, Badan Pusat Statistik menyatakan perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh sebesar 5,05% pada kuartal-II 2024.
Sedangkan jika dilihat dari sumber pertumbuhan lapangan usaha, kontribusi industri pengolahan juga terus menyusut dari 0,86% pada triwulan-I 2024 hingga 0,79% pada kuartal-II 2024.
Menurut Hosianna Evalita Situmorang, seorang ekonom Bank Danamon Indonesia, penyusutan yang terjadi pada kontribusi merupakan tanda lesunya ekonomi Indonesia.
Hosanna menimbang jika pelambatan ini dipengaruhi oleh suku bunga tinggi. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya PHK karena efisiensi biaya yang dilakukan oleh industri.
Seorang Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance, Esther Sri Astuti menyatakan ekonomi Indonesia tengah terkontraksi dari sektor penawaran pada Juli 2024 dan permintaan.
Teuku Riefky, seorang ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mengatakan bahwa sampai sekarang pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh faktor musiman. Meskipun pertumbuhan ekonomi tetap positif, namun pertumbuhan tersebut tetap memperlihatkan permasalahan struktural.
“Stagnansi yang persisten terjadi di sektor pengolahan menguatkan indikasi terjadinya deindustrialisasi prematur,” ujarnya. Riefky mengatakan 45% aktivitas ekonomi Indonesia disokong oleh tiga sektor, yaitu pertanian, pengolahan dan perdagangan yang meneruskan tren pertumbuhan di bawah rata-rata nasional.
+ There are no comments
Add yours