Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus selama empat tahun berturut-turut, dari Mei 2020 hingga April 2024, dengan total nilai US$157,21 miliar, melebihi cadangan devisa US$136,2 miliar pada April 2024. Para ekonom mencatat dampak positifnya, seperti peningkatan pasokan dolar dalam negeri dan stabilitas pertumbuhan ekonomi.
Myrdal Gunarto dari Maybank Indonesia menyebut surplus ini berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan ekspor dan penurunan impor, dengan ekonomi tumbuh 5% pada kuartal pertama, di mana ekspor menyumbang 21,37%.
Namun, Mohammad Faisal dari CORE Indonesia mengingatkan bahwa surplus lebih disebabkan oleh penurunan impor yang lebih cepat dibandingkan ekspor. Pada April 2024, nilai ekspor hanya US$19,62 miliar, turun dari US$27,32 miliar pada April 2022, sementara impor turun menjadi US$16,06 miliar dari US$19,76 miliar.
Faisal dan Josua Pardede dari Permata Bank mengkhawatirkan struktur ekspor yang didominasi komoditas bernilai tambah rendah, seperti batu bara dan minyak kelapa sawit, serta fluktuasi harga komoditas yang mempengaruhi kinerja ekspor. Jika surplus terus menurun, defisit transaksi berjalan bisa melebar, mengurangi pasokan dolar dan menekan nilai tukar rupiah.
Ronny P. Sasmita menekankan perlunya perbaikan struktur ekspor untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pasokan dolar. Myrdal Gunarto menyarankan fokus pada hilirisasi untuk meningkatkan ekspor produk bernilai tambah tinggi.
+ There are no comments
Add yours