Partai Demokrat Resmi tunjuk Ibas sebagai wakil ketua MPR periode 2024 – 2029
JAKARTA – Kalangan peternak ayam tengah menghadapi tekanan berat akibat anjloknya harga ayam di tingkat kandang, sementara harga pakan justru naik. Sugeng Wahyudi, Sekjen Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), menyatakan bahwa masalah ini telah terjadi sejak 2019 dan semakin parah dalam beberapa bulan terakhir. “Harga di tingkat kandang turun karena secara makronya efek ekonomi. Yang kita nikmati serapannya rendah, demand rendah, sementara waktu belanja pakan masih diposisi tinggi, sehingga input tinggi harga rendah, itu yang membuat harga peternak dibawah rugi. Setidaknya 3 bulan terakhir. Tapi (memang) 5 tahun terakhir jelek bagi peternak kecil,” jelas Sugeng.
Untuk bertahan, beberapa peternak terpaksa bergabung dengan perusahaan besar melalui sistem kemitraan inti-plasma. Dalam kemitraan ini, peternak tidak langsung membayar bibit, pakan, dan obat-obatan, melainkan perusahaan inti akan membeli hasil ternak peternak. Namun, tidak semua peternak bersedia bergabung karena kehilangan kontrol sebagai wiraswasta dan tunduk pada aturan perusahaan besar.
Salah satu penyebab utama kerugian peternak adalah mahalnya biaya produksi akibat harga pakan yang terus melambung. “65-70% bahan baku dari pakan ternak, tetap aja inputnya tinggi, ini membuat biaya pokok produksi tinggi, kalau harga ayam turun harga pakannya ngga ikut turun,” ungkap Sugeng. Meskipun harga ayam turun, harga pakan tetap tidak ikut menurun, sehingga peternak semakin terjepit.
+ There are no comments
Add yours