Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama setahun kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menunjukkan dinamika yang menarik. Awalnya, pada kuartal I-2025, ekonomi lesu dengan pertumbuhan hanya 4,87% karena tekanan daya beli dan efisiensi anggaran, namun setelah paket stimulus ekonomi tahap I dan II, ekonomi melesat hingga 5,12% pada kuartal II-2025. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa stimulus tersebut “diharapkan menunjang daya beli dan ini bisa menjadi pendorong konsumsi dan tentunya pertumbuhan ekonomi di akhir tahun.”
Para ekonom dibuat heran dengan lonjakan itu karena tekanan sektor konsumsi masih terasa dan sektor manufaktur mencatat pertumbuhan tinggi di atas ekspektasi pasar. Ekonom Bank Danamon, Hosianna Evalita Situmorang, menilai bahwa investasinya “cenderung enggak banyak spillover ke domestik pada semester I-2025 ini,” sementara Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa pertumbuhan ini “sangat wajar,” didukung peningkatan peredaran uang primer dan kelonggaran efisiensi anggaran pemerintah.
Melihat ke depan, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi bisa terus dipacu lewat program stimulus lanjutan dan program sosial seperti BLT Kesejahteraan Rakyat serta program Makan Bergizi Gratis (MBG). Presiden Prabowo percaya diri bahwa dengan MBG yang menciptakan 1,5 juta lapangan kerja, “pertumbuhan 8% sangat bisa dicapai,” karena program ini meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong wirausaha lokal secara langsung.
