JAKARTA-RSUD Haryoto Lumajang mencatat adanya tren peningkatan pasien di poli Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT), khususnya yang mengalami gangguan telinga. Dokter Spesialis THT RSUD Haryoto, Aliyah Hidayati, mengungkap bahwa lonjakan ini terjadi setelah maraknya karnaval dan hajatan yang menggunakan sound horeg dengan volume tinggi.
Menurut Aliyah, rata-rata pasien mengalami gangguan telinga akibat paparan suara keras dari sound horeg. Beberapa pasien bahkan datang dengan kondisi yang memburuk karena sebelumnya sudah memiliki masalah telinga, lalu terpapar kebisingan dari sound horeg yang digunakan tetangga saat acara hajatan. Paparan tersebut memperparah kerusakan pada telinga pasien.
Fenomena ini muncul di tengah kebijakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang secara resmi mengizinkan penggunaan sound horeg melalui surat edaran dengan pembatasan waktu, lokasi, dan tingkat kebisingan. Namun, di sisi lain, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur telah mengeluarkan fatwa haram terkait penggunaan sound horeg karena dinilai membawa dampak negatif.