Surabaya – Banjar Surabaya menyelenggarakan acara Dharma Canti yang diikuti oleh umat Hindu Surabaya, pada minggu 13 april 2025 bertempat di Pura Agung Jagat Karana, Perak Surabaya.
Acara yg dihadiri sekitar 350 orang umat hindu tersebut merupakan rangkaian akhir dari seluruh rangkaian Hari Raya Nyepi tahun baru Saka 1947. Acara dibuka dengan penampilan ibu-ibu dari komunitas ESB, yang memainkan tabuh Angayubagia, lalu dilanjutkan dengan Ongkek-Ongkek Ongkir dan Tabuh Bebarongan yang menghadirkan kekuatan magis khas Bali. Dua remaja Banjar, Gian dan Aksana, melantunkan sloka-sloka suci.

Ketua Banjar Surabaya, Kolonel Laut I Nyoman Surya mengatakan bahwa Dharma Shanti kali ini bertemakan Manava Seva Madhava Seva,yang berarti melayani manusia sama dengan melayani Tuhan.”Melayani sesama dan alam semesta yang berarti melayani Tuhan sebagai Sang Pencipta”, ujarnya. Nyoman berharap dengan pelaksanaan Dharma Shanti ini, umat Hindu bisa menjadi manusia baru yang penuh dengan keharmonisan.

Tarian Barong Cilik yang menarik dan simbolik menghiasi acara Dharma Shanti. Dilanjutkan dengan Tabuh dan Tari Janger oleh ibu-ibu ESB yang tampil penuh semangat dan kebersamaan.

Dharma Wacana menjadi titik renungan yang menyentuh. Disampaikan oleh Ibu Dewi
Mayang Anggraeni, S.Pd., pesan-pesan luhur tentang introspeksi, keselarasan hidup, dan
kasih sayang dibawakan dengan bahasa yang lembut namun menggugah kesadaran. Suaranya
seolah menjadi suara hati kita sendiri yang mengajak untuk merenung dan menata ulang
langkah.

Setelahnya, cendera mata diserahkan kepada para tamu undangan dan penampil sebagai
bentuk apresiasi. Lalu suasana berubah menjadi lebih ceria. Bondres dan Tari Gopala pun
tampil, menghadirkan gelak tawa dan kehangatan. Dalam balutan humor khas Bali, terselip
nilai kehidupan yang mengajak untuk tidak terlalu serius, namun tetap bijak dalam menjalani
hidup.

Dharma Shanti Banjar Surabaya 2025 bukan sekadar upacara atau perayaan budaya. Ia adalah
perjalanan spiritual yang nyata. Di sinilah, manusia kembali bersatu dengan nilai-nilai dasar
kehidupan kesucian, kebersamaan, dan keharmonisan. Dalam bayang sinar dupa dan denting
gamelan, kita menyadari, bahwa dharma sejatinya adalah jalan untuk hidup selaras dengan
diri sendiri, dengan sesama, dan dengan alam semesta.(ss)

Bagikan:

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours