JAKARTA- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menguraikan sejumlah strategi untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meskipun ketidakpastian global masih tinggi, ia menegaskan bahwa kinerja ekonomi nasional tetap solid dan bahkan lebih unggul dibandingkan beberapa negara maju dan berkembang lainnya. Airlangga menyebut bahwa berdasarkan Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity), Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 4,8 triliun dolar AS, menempatkan Indonesia sebagai ekonomi terbesar kedelapan di dunia.
Sebagai bagian dari upaya strategis, pemerintah tengah menjajaki perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) dengan negara-negara anggota Gulf Cooperation Council (GCC), seperti Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Oman, dan Qatar. Total nilai ekonomi negara-negara GCC ini mencapai sekitar 2 triliun dolar AS dengan populasi 50 juta jiwa. Dengan bergabungnya Indonesia, yang memiliki ekonomi senilai 1,3 triliun dolar AS dan populasi 280 juta jiwa, diharapkan dapat meningkatkan daya tawar dan peran Indonesia di kancah internasional.
Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada tahun 2025, pemerintah telah menyiapkan berbagai kebijakan. Langkah-langkah tersebut meliputi peningkatan upah minimum provinsi (UMP) 2025, optimalisasi penyaluran bantuan sosial, pencairan Tunjangan Hari Raya (THR), serta stimulus ekonomi terkait perayaan keagamaan seperti Ramadhan dan Lebaran. Selain itu, pemerintah juga fokus pada program hilirisasi industri, khususnya di sektor nikel, yang telah menunjukkan peningkatan ekspor signifikan dari 4 miliar dolar AS pada 2017 menjadi 40 miliar dolar AS pada 2024.
+ There are no comments
Add yours