Jakarta – Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Melky Nahar, mengungkapkan bahwa nama Jatam dicatut sebagai informan utama dalam disertasi doktoral Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, yang berjudul, “Kebijakan, Kelembagaan, dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia”. “Kami tidak pernah memberikan persetujuan, baik secara tertulis maupun lisan, untuk menjadi informan utama bagi disertasi tersebut,” kata Melky dalam keterangannya, Kamis (7/11)
Melky kemudian menguraikan latar belakang polemik ini. Ia menjelaskan bahwa Jatam hanya memberikan izin untuk diwawancarai oleh seorang peneliti Lembaga Demografi UI bernama Ismi Azkya pada 28 Agustus 2024. Ia mengatakan penelitian yang dilakukan Ismi kala itu berkaitan dengan dampak hilirisasi nikel bagi masyarakat di wilayah tambang.”Kami tidak diberi informasi yang layak dan memadai bahwa wawancara tersebut merupakan salah satu proses penelitian bagi disertasi Bahlil Lahadalia,” kata dia.
Menanggapi hal tersebut, dua aktivis Jatam mencoba meminta klarifikasi kepada Ismi melalui telepon dan WhatsApp sehari setelah sidang terbuka disertasi doktoral Bahlil. Namun, beberapa waktu kemudian, Ismi menghubungi dan meminta maaf kepada aktivis Jatam yang menghubunginya lewat WhatsApp. “Begini bunyi pesannya, “Sebelumnya mohon maaf, kak, saya kurang paham sejauh itu karena saya hanya diminta untuk bantu wawancara. Untuk penjelasan lebih jelas bisa hubungi kontak berikut kak.” Ia kemudian memberikan kontak seseorang tanpa menjelaskan identitas kontak tersebut lebih lanjut,” kata Melky. Ia menegaskan bahwa yang dilakukan Ismi dan Bahlil merupakan bentuk penipuan intelektual yang mencederai integritas pendidikan Indonesia.
+ There are no comments
Add yours