JAKARTA – Hujan es sering terjadi saat peralihan musim, di mana kondisi atmosfer menjadi tidak stabil dan memicu pertumbuhan awan Cumulonimbus yang menjulang tinggi. Pada awan ini, butiran air membeku karena suhu puncak awan sangat rendah, bahkan bisa mencapai di bawah -60 derajat Celsius. Ketika konveksi semakin kuat, butiran es membesar dan akhirnya jatuh ke permukaan jika suhu cukup dingin.
BMKG menjelaskan tanda-tanda hujan es, seperti udara gerah pada malam sebelumnya, munculnya awan Cumulus pada pukul 10 pagi yang berubah menjadi awan hitam Cumulonimbus, serta adanya udara dingin dan angin kencang di sekitar kita. Hujan deras tiba-tiba yang disertai angin juga menjadi salah satu tanda akan terjadinya hujan es.
Ketika hujan es mulai terjadi, disarankan segera berlindung di bangunan kokoh dan menghindari tempat terbuka. Amankan kendaraan dari area terbuka dan hindari mengonsumsi es dari hujan tersebut. Bagi yang berkendara, sebaiknya menepi di tempat aman hingga kondisi lebih baik.
+ There are no comments
Add yours