Surabaya – Komoditas tembakau PT Perkebunan Nusantara I Regional 4 telah memasuki masa pascapanen. Region Head PTPN I Regional 4 Subagiyo menuturkan produksi tembakau hingga triwulan III-2024 cukup memuaskan. Hal ini didorong oleh tingkat ketercapaian produksi daun hijau sampai saat ini nyaris 100 persen dari target RKAP 2024.
“Per 30 September 2024, produksi daun hijau tembakau kami telah mencapai 11.766,54 ton dengan rendemen 8,85 persen. Hingga saat ini, sudah 98,72 persen produksi telah tercapai dari target RKAP 2024,” ungkapnya, Selasa (05/11/2024).
Sementara itu, dari total produksi tersebut, sebanyak 754,35 ton tembakau baik varietas TBN maupun VBN telah dinyatakan siap jual atau Ready for Sale (RFS).
“Telah menjadi komitmen kami untuk terus menjaga kualitas dengan standar yang tinggi agar PTPN I Regional 4 dapat tetap berkontribusi positif dalam peningkatan pendapatan negara melalui sumbangsih devisa hasil ekspor tembakau premium yang kami lakukan,” jelas Subagiyo.
Hingga triwulan III-2024, PTPN I Regional 4 telah mencatatkan pendapatan sebesar 117,24 miliar rupiah. Dengan 82 persen di antaranya merupakan hasil pemasaran tembakau melalui ekspor ke berbagai negara seperti Filipina, Amerika, Jerman, Turki, Dubai, Srilanka dan Republik Dominika.
Komoditas tembakau PTPN I Regional 4 telah terbukti memberikan kontribusi positif dalam peningkatan pendapatan negara. Dalam lima tahun terakhir, PTPN I Regional 4 mampu menorehkan rata-rata pendapatan sebesar 284,5 miliar rupiah untuk negara.
Selain itu, sebagai industri padat karya, komoditas tembakau PTPN I Regional 4 juga memberikan multiplier effect terhadap perekonomian Indonesia khususnya dalam pemberdayaan perempuan dalam dunia kerja. Hal ini sekaligus bentuk komitmen perusahaan mendorong tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) khususnya SDG 1 “Tanpa kemiskinan” serta SDG 8 “Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi”.
“Saat ini, industri tembakau kami mampu menyerap 16.000 pekerja perempuan. Baik yang bekerja di kebun, gudang pengering hingga gudang pengolah dan tidak kami batasi latar belakang pendidikannya. Rata-rata dari mereka hanya lulusan SD dan SMP, namun memiliki skill atau keterampilan teknis yang tinggi,” terang Subagiyo.
Subagiyo mengungkapkan bahwa mayoritas dari para pekerja perempuan tersebut merupakan tulang punggung keluarga. Oleh karena itu, manajemen pun terus berupaya untuk mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dan berkeadilan. Salah satunya melalui apresiasi yang profesional dan jenjang karir yang terbuka lebar bagi para pekerja perempuan.
“Upah mereka setara dengan UMR. Bahkan di waktu-waktu tertentu pendapatan mereka bisa dua kali lipat (UMR). Ditengah naiknya angka pengangguran dan turunnya daya beli masyarakat belakangan ini, industri padat karya sepert komoditas tembakau memberi angin segar dan optimisme terutama untuk masyarakat kelas menengah kebawah,” tandas Subagiyo.
Untuk memberikan gambaran nyata kepada masyarakat terkait belasan ribu pekerja perempuan di Kebun Tembakau Jember sehingga muncul budaya matriaki di kalangan masyarakat pedalungan sekitar kebun, PTPN I Regional 4 memproduksi sebuah film documenter berjudul “One Million Dollar Women” di kanal media sosial youtube perusahaan yaitu “Satu Nusantara” dan “N1R4 TV”.
“Ada banyak cerita menarik dan menyentuh seputar belasan ribu pekerja perempuan ini. Kami mengapresiasi perjalanan panjang mereka dalam sebuah film dokumenter. Harapannya untuk menjadi inspirasi baik bagi internal perusahaan maupun masyarakat umum bahwa sesuatu yang besar bahkan bernilai jutaan dollar dibangun dari hal–hal sederhana seperti peran pekerja perempuan di industri tembakau tanah air,” tutup Subagiyo kepada awak media.(ss)
+ There are no comments
Add yours