JAKARTA–Tensi politik di Pilgub Sumatera Utara semakin memanas setelah Bobby Nasution dan Edy Rahmayadi saling berbalas kritik secara terbuka. Ketegangan ini mulai mencuat saat pengundian nomor urut pada Senin (23/9), ketika Bobby menyinggung proyek jalan senilai Rp 2,7 triliun di era Edy. Edy pun membalas dengan menyebut proyek tersebut adalah pekerjaan yang belum tuntas di era Presiden Jokowi, seraya membawa-bawa nama Mulyono yang kerap digunakan untuk mencemooh Jokowi.

Adi Prayitno, Direktur Parameter Politik Indonesia, menilai bahwa saling serang antara kedua kandidat merupakan bentuk “perang terbuka” yang akan terus berlanjut hingga pemilihan. Kedua belah pihak diprediksi akan saling membuka kekurangan masing-masing, tergantung seberapa kuat argumen yang didukung data. Misalnya, jika Bobby mampu menunjukkan kegagalan infrastruktur di era Edy, maka ia berpotensi menarik simpati pemilih. Sebaliknya, jika Edy bisa membuktikan bahwa jalan rusak tersebut adalah tanggung jawab pemerintah pusat, Bobby yang dinilai terkait erat dengan Jokowi bisa dirugikan.

Pada akhirnya, Adi menekankan bahwa persaingan di Pilgub Sumut akan lebih ditentukan oleh strategi kampanye yang konkret dan pendekatan langsung ke pemilih. Sentuhan akhir berupa dialog dan bantuan sosial dinilai masih menjadi faktor dominan dalam mempengaruhi pilihan politik pemilih di Sumut, dibandingkan dengan isu-isu rasional terkait kinerja atau rekam jejak kandidat.

Bagikan:

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours