Jakarta – Calon Presiden (Capres) nomor urut satu Anies Baswedan mengkritik gagasan Revolusi Mental yang diusung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga kini belum terlaksana dengan baik. Pasalnya, kata Anies, saat ini masih terlihat adanya fenomena ‘ordal’ atau orang dalam dalam birokrasi. Bahkan, yang belakangan ramai dibicarakan adalah uang kuliah tunggal (UKT) yang mahal dan adanya anjuran dari kampus agar mahasiswa menggunakan pinjaman online (pinjol) untuk membayar UKT.
Anies menyebutkan, pada awalnya Revolusi Mental ramai dibahas sejak sepuluh tahun lalu, atau pada 2014. Pada artikel itu, kata Anies, banyak poin-poin gagasan baik dalam Revolusi Mental, seperti kemandirian dan reformasi ekonomi, kemudian kebijakan investasi luar negeri sumber daya alam (SDA) agar tidak dijarah perusahaan asing. Yang teranyar, kata Anies, soal uang kuliah tunggal (UKT) yang mahal dan ada mahasiswa yang jika tidak bisa membayar UKT tapi kemudian dianjurkan untuk memanfaatkan layanan pinjaman online (pinjol).
Lebih jauh, Anies menggarisbawahi bahwa kunci dari Revolusi Mental sebagaimana artikel yang ditulis tersebut sebenarnya adalah contoh dan keteladanan dari pemimpin. Ia pun kembali menekankan bahwa ide tentang Revolusi Mental adalah gagasan yang baik, tetapi sayangnya dalam perjalanannya tidak lagi menjadi fokus perhatian dan pegangan. Dilansir dari situs resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika, gagasan Revolusi Mental sebenarnya pertama kali dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956. Gagasan itu muncul karena melihat revolusi nasional Indonesia saat itu sedang mandek.
+ There are no comments
Add yours